Sulseltimes.com Washington — TikTok, platform media sosial populer milik ByteDance, resmi berhenti beroperasi di Amerika Serikat pada Sabtu malam (18/01/2025).
Langkah ini dilakukan untuk mematuhi undang-undang baru yang mewajibkan penutupan aplikasi tersebut mulai Minggu.
Dengan 170 juta pengguna di AS, larangan ini membawa dampak besar terhadap pasar media sosial serta hubungan bilateral antara AS dan Tiongkok.
Dalam pemberitahuan resmi kepada pengguna, TikTok menyampaikan, “Sebuah undang-undang yang melarang TikTok telah diberlakukan di AS. Sayangnya, ini berarti Anda tidak dapat menggunakan TikTok untuk sementara waktu. Kami beruntung bahwa Presiden Trump telah mengindikasikan akan mencari solusi untuk mengembalikan TikTok begitu dia menjabat. Tetaplah terhubung dengan kami.”
Presiden terpilih Donald Trump, yang akan dilantik pada Senin depan, menyatakan kemungkinan besar akan memberikan perpanjangan waktu 90 hari untuk TikTok.
“Perpanjangan waktu 90 hari adalah sesuatu yang kemungkinan besar akan dilakukan, karena ini tindakan yang tepat,” ujar Trump dikutip wawancara dengan NBC.
Keputusan resmi dijadwalkan diumumkan pada Senin mendatang.
Dampak Ekonomi dan Politik dari Larangan TikTok

Larangan TikTok di AS menjadi langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aplikasi ini telah menjadi pusat ekonomi kreator konten dan usaha kecil.
“TikTok telah menciptakan dampak ekonomi yang signifikan bagi pengguna di AS,” ujar seorang pengamat teknologi.
Selain itu, undang-undang baru yang disahkan Kongres memberikan kewenangan kepada pemerintahan Trump untuk melarang atau memaksa penjualan aplikasi lain milik Tiongkok seperti CapCut dan Lemon8.
Kedua aplikasi ini juga telah dihapus dari toko aplikasi AS sejak Sabtu malam.
Pengguna Beralih ke Alternatif dan Lonjakan Pencarian VPN
Pengguna TikTok di AS mulai beralih ke platform alternatif, termasuk RedNote.
Sementara itu, perusahaan seperti Meta dan Snap melaporkan kenaikan harga saham, mencerminkan potensi peningkatan pengguna baru akibat larangan TikTok.
Peningkatan pencarian layanan VPN (Virtual Private Network) di Google Trends juga menjadi indikator banyaknya pengguna yang berupaya mengakses TikTok meski telah dilarang.
NordVPN, penyedia layanan VPN terkemuka, mengaku mengalami lonjakan pengguna baru yang mengakibatkan gangguan teknis sementara.
Masa Depan TikTok di Bawah Kepemimpinan Trump
CEO TikTok, Shou Zi Chew, direncanakan menghadiri pelantikan presiden dan bertemu dengan Trump untuk mencari solusi jangka panjang bagi operasi TikTok di AS.
Sementara itu, rumor berkembang bahwa ByteDance sedang dalam pembicaraan dengan pihak ketiga, termasuk investor AS dan tokoh seperti Elon Musk, untuk menjual aset TikTok di AS.
Masa depan TikTok di AS kini bergantung pada keputusan akhir Presiden Trump.
Apakah perpanjangan waktu 90 hari akan menjadi solusi sementara atau ada langkah baru yang lebih permanen, masih menjadi pertanyaan besar yang ditunggu-tunggu oleh banyak pihak.