Sulseltimes.com Sibolga, Senin, 01/12/2025 — Ayah korban banjir di Kota Sibolga, Sumatera Utara, muncul dalam sebuah video dan meminta maaf setelah ikut mengambil tiga bungkus mi instan serta air mineral dari sebuah minimarket saat situasi darurat banjir.
Ia mengaku nekat demi memberi makan anaknya yang kelaparan karena bantuan pascabanjir belum juga tiba, dan berjanji akan mengganti seluruh barang yang diambil.
- Ayah korban banjir di Sibolga mengaku ikut mengambil tiga bungkus mi instan dan air mineral dari sebuah minimarket
- Tindakannya dilakukan di tengah banjir besar yang memutus akses, komunikasi, dan pasokan makanan ke sejumlah wilayah Sibolga
- Pria tersebut adalah ayah dari tiga anak yang ikut terdampak banjir di Kota Sibolga, Sumatera Utara
- Ia menyebut belum mendapat bantuan pascabanjir sehingga terpaksa menjarah demi memberi makan keluarganya
- Dalam video yang viral, ia meminta maaf dan berjanji mengganti barang yang diambil setelah kondisi ekonominya kembali normal
Ayah Korban Banjir Sibolga Unggah Video Permintaan Maaf
Dalam video yang beredar luas di TikTok dan kemudian diunggah ulang berbagai akun media, seorang pria paruh baya tampak duduk di depan kamera dengan latar kain sederhana.
Ia menyebut dirinya sebagai warga Sibolga yang rumah dan keluarganya terdampak banjir besar beberapa hari terakhir.
Pria ini mengakui ikut mengambil barang dari sebuah gerai minimarket yang juga terendam banjir.
Ia menyebut hanya membawa tiga bungkus mi instan dan beberapa botol air mineral untuk anak-anaknya yang sedang kelaparan.
“Saya minta maaf. Saya ikut menjarah karena tidak ada makanan, tidak ada uang, dan tidak ada bantuan sama sekali. Semua hanya untuk makan anak saya,” ujarnya dalam video permintaan maaf yang viral, Senin, 01/12/2025.
Ia menegaskan tindakannya bukan karena niat kriminal, melainkan dorongan rasa terdesak saat melihat anaknya tidak punya makanan.
Pria tersebut juga berjanji akan mengganti seluruh barang yang diambil begitu kondisi ekonomi keluarganya membaik dan ia kembali dapat bekerja.
Video pengakuan ini muncul setelah sebelumnya warganet dihebohkan rekaman warga korban banjir di Sibolga yang menyerbu sebuah minimarket.
Dalam rekaman itu, sejumlah orang tampak mengambil makanan, minuman, hingga kebutuhan pokok di tengah situasi listrik padam dan akses jalan yang putus.
Banjir, Terputusnya Bantuan, dan Respons Netizen

Banjir besar yang melanda Sibolga dan wilayah sekitarnya dilaporkan memutus akses transportasi, mengganggu jaringan komunikasi, dan menyulitkan distribusi logistik selama beberapa hari.
Sebagian permukiman tergenang, warga mengungsi, dan persediaan makanan di rumah-rumah korban menipis.
Dalam kondisi seperti itu, sebagian warga mengaku bertahan hanya dengan makanan seadanya sambil menunggu bantuan dari pemerintah dan lembaga kemanusiaan.
Keterlambatan distribusi bantuan ditengarai membuat beberapa warga memilih langkah nekat, termasuk mendatangi minimarket yang terdampak dan mengambil barang kebutuhan pokok.
Otoritas kebencanaan dan pemerintah daerah sebelumnya menyatakan terus mempercepat penyaluran bantuan untuk wilayah terdampak banjir, termasuk di Sibolga dan Tapanuli Tengah.
Bantuan yang dikirim antara lain paket sembako, air bersih, dan kebutuhan dasar lain bagi warga yang terdampak paling parah.
Kisah ayah tiga anak yang meminta maaf itu memicu perdebatan di media sosial.
Sebagian warganet menilai tindakan mengambil barang tanpa izin tetap merupakan pelanggaran hukum yang perlu diproses sesuai aturan.
Namun banyak juga yang menyoroti sisi kemanusiaan, menekankan bahwa rasa lapar dan tekanan psikologis di tengah bencana bisa mendorong orang melakukan hal di luar kebiasaan.
Tidak sedikit komentar yang mendorong agar kasus serupa ditangani dengan pendekatan restoratif.
Mereka berharap ada ruang dialog antara warga, pengelola minimarket, dan pihak berwenang, sehingga kerugian bisa diganti tanpa menambah beban hukum bagi korban bencana yang sudah kehilangan tempat tinggal dan penghasilan.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa dalam penanganan bencana, kecepatan distribusi bantuan sama pentingnya dengan penegakan keamanan.
Ketika pasokan makanan dan air bersih terhambat, warga yang putus asa berpotensi mengambil jalan pintas yang kemudian menimbulkan masalah baru, baik sosial maupun hukum.
Di akhir videonya, sang ayah kembali menyampaikan penyesalan dan harapan.
Ia ingin bisa segera bekerja lagi, memperbaiki kehidupan keluarganya, dan menebus kesalahannya agar anak-anaknya tidak lagi dibayangi stigma sebagai pelaku penjarahan, melainkan sebagai korban bencana yang berusaha bangkit.


















