Sulseltimes Los Angeles – Uya Kuya, selebriti Indonesia sekaligus anggota DPR RI, menjadi sorotan tajam setelah dirinya bersama keluarga terekam membuat konten di depan rumah korban kebakaran besar di Altadena, Los Angeles.
Video yang diunggah akun TikTok @camr1517 menunjukkan warga setempat menegur dan mengusir Uya Kuya serta keluarganya karena dianggap tidak menghormati privasi dan perasaan korban tragedi tersebut.
Pemilik rumah yang hancur akibat kebakaran, yang kebetulan berada di lokasi, dengan tegas meminta Uya Kuya pergi.
“Ini adalah rumah saya, bisakah kalian pergi? Maaf, ini sangat konyol,” ujarnya dalam video yang kini viral di media sosial. Warga lain yang terekam dalam video juga menyatakan kekecewaannya.
“Sangat menyedihkan orang-orang ini mengambil keuntungan dari rasa sakit kami dan mereka tidak memahaminya,” ujar seorang warga dengan nada kesal.
Kronologi Insiden Uya Kuya Diusir Warga

Kejadian bermula saat Uya Kuya bersama istrinya, Astrid Kuya, dan YouTuber Yafi Fairuz, berada di depan rumah yang telah hangus terbakar untuk merekam konten.
Uya mengaku bahwa video tersebut dibuat atas permintaan beberapa wartawan di Indonesia yang ingin melihat laporan langsung mengenai kondisi kebakaran besar di Altadena.
“Ya, betul itu kejadiannya di Altadena. Waktu itu kami lagi buat video yang diminta teman-teman wartawan di Indonesia, karena banyak hoaks dan konten berbasis AI tentang kebakaran ini,” jelas Uya dalam pesan singkat pada Minggu (19/1/2025).
Namun, Uya mengklaim tidak mengetahui bahwa rumah tersebut masih memiliki pemilik yang tinggal di lokasi.
Menurutnya, ketika ditegur oleh pemilik rumah, ia langsung menghentikan rekaman dan menghapus video tersebut.
“Saat kami ditegur oleh yang mengaku pemilik rumah, kami langsung menghentikan rekaman dan menghapusnya. Kejadian itu sudah beberapa lama sebelum video viral. Kami sama sekali tidak mengunggah itu,” tambahnya.
Kecaman Pemilik Rumah dan Warga Lokal
“Setidaknya kami harus memasang rantai dan kunci, karena orang-orang itu mendatangi properti kami seolah-olah itu milik mereka. Mereka tidak paham bahwa rumah ini penuh kenangan,” ujarnya.
Ia juga menyebut tindakan Uya Kuya sebagai bentuk eksploitasi tragedi.
“Sangat menyedihkan orang-orang ini mengambil keuntungan dari rasa sakit kami dan mereka tidak memahaminya. Ini benar-benar di luar kendali,” tegasnya.
Seorang warga lain yang menyaksikan kejadian ini juga memberikan komentar.
“Saya suka orang-orang memotret seolah-olah mereka orang berpengaruh. Tapi, ini konyol. Mereka tidak mengerti bahwa kami kehilangan rumah,” ujarnya sambil menyayangkan tindakan para pembuat konten seperti Uya Kuya.
Klarifikasi dan Permintaan Maaf Uya Kuya
Menanggapi kecaman publik, Uya Kuya menegaskan bahwa kejadian tersebut adalah sebuah kesalahpahaman.
“Kami pikir lokasi itu kosong. Ketika tahu itu milik seseorang, kami langsung meminta maaf dan menghapus video. Tidak ada niat sedikit pun untuk melukai perasaan korban atau mengambil keuntungan dari tragedi ini,” jelasnya.
Uya juga menyoroti bahwa ada banyak pembuat konten lain yang hadir di lokasi tersebut, namun hanya ia yang ditegur.
“Mungkin karena mereka tidak mengerti bahasa kita, jadi kita yang ditegur sendiri. Yang lain juga ambil video, tapi kita doang yang ditegur,” ujarnya.
Etika Untuk Konten Digital dan Eksploitasi Tragedi
Pakar etika digital, Dr. Annisa Wardhani, menyatakan bahwa tindakan seperti ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan empati dalam memproduksi konten, terutama di lokasi tragedi.
“Membuat konten di tempat bencana membutuhkan izin dan empati yang tinggi. Kebebasan berekspresi tidak boleh mengorbankan privasi dan perasaan korban,” katanya.
Kasus ini juga menyoroti fenomena eksploitasi tragedi untuk kebutuhan konten digital yang kian marak.
Dalam era di mana konten dengan cepat menjadi viral, tanggung jawab moral dan profesional menjadi sangat penting, terutama bagi figur publik seperti Uya Kuya.
Insiden Uya Kuya di Los Angeles menjadi pengingat bahwa produksi konten di era digital memerlukan kepekaan dan tanggung jawab.
Meski telah memberikan klarifikasi dan meminta maaf, tindakan tersebut tetap menjadi contoh buruk bagi pembuat konten lainnya.
Sebagai publik figur, Uya Kuya diharapkan dapat menunjukkan standar etika yang lebih baik di masa depan.
Bagi masyarakat umum, insiden ini menjadi pelajaran tentang pentingnya menghormati privasi dan penderitaan orang lain, terutama di lokasi tragedi.