Sulseltimes.com Makassar, 24 November 2024 – Tragedi yang melibatkan dua perwira polisi di Polres Solok Selatan, Sumatera Barat, akhirnya terkuak motifnya. Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, AKP Ryanto Ulil Anshar, tewas ditembak oleh Kabag Ops Polres, AKP Dadang Iskandar, pada Jumat dini hari, 22 November 2024. Penembakan yang menggegerkan ini diduga dipicu konflik internal terkait penangkapan pelaku tambang ilegal.
Insiden memilukan ini terjadi pada pukul 00.43 WIB di area parkir Mapolres Solok Selatan, Jorong Bukit Malintang Barat, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari saksi dan penyelidikan awal, AKP Ryanto baru saja menangkap seorang tersangka tambang galian C ilegal. Tersangka tersebut dibawa ke Mapolres untuk diperiksa lebih lanjut.
Saat hendak mengambil ponselnya di mobil dinas, Ryanto dibuntuti oleh AKP Dadang. Dari jarak dekat, Dadang langsung melepaskan tembakan. “Proyektil peluru ditemukan menembus pipi hingga tengkuk korban, mengindikasikan penembakan dilakukan dengan jarak sangat dekat,” ujar seorang sumber kepolisian.
Hasil investigasi sementara mengungkap bahwa penembakan ini didorong oleh ketidaksenangan Dadang atas tindakan Ryanto yang menangkap pelaku tambang ilegal. Penangkapan tersebut diduga mengancam kepentingan tertentu yang melibatkan pelaku.
Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono, menyebutkan adanya konflik internal antara keduanya. “Kami menduga ada ketegangan yang memanas karena langkah tegas korban dalam menangani tambang ilegal. Penyidikan lebih lanjut akan mengungkap fakta secara lengkap,” ungkap Suharyono.
Setelah menembak Ryanto, AKP Dadang melarikan diri menggunakan mobil dinas Isuzu Dmax. Namun, beberapa jam kemudian, ia menyerahkan diri ke Polda Sumatera Barat. Saat ini, Dadang berada dalam tahanan dan menjalani pemeriksaan intensif oleh Divisi Propam Polri.
Kapolda Sumbar mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memeriksa empat saksi, termasuk anggota Reskrim dan pejabat kepolisian yang berada di lokasi kejadian. “Kami juga akan menggelar rekonstruksi lengkap untuk memastikan peran masing-masing pihak dan mengungkap semua fakta,” tambahnya.
Penangkapan pelaku tambang ilegal oleh AKP Ryanto diyakini sebagai pemicu utama konflik. Penangkapan ini dianggap mengancam jaringan atau kepentingan tertentu yang diduga berkaitan dengan pelaku. Pengamat kepolisian, Adrianus Meliala, menyebut insiden ini mencerminkan lemahnya pengelolaan konflik di internal Polri. “Kasus ini menyoroti perlunya pengawasan yang lebih ketat dan manajemen konflik yang baik di lingkungan kerja kepolisian, terutama di wilayah dengan banyak kepentingan besar seperti tambang ilegal,” ujar Adrianus.
Baca Juga: Polisi Tembak Polisi: AKP Ryanto Ulil Anshar Meninggal, Apa Motifnya?
Kapolda Sumbar menegaskan komitmennya untuk menangani kasus ini secara transparan. “Kami berkomitmen membuka semua fakta tanpa menutup-nutupi. Hukum harus ditegakkan dengan adil,” ujarnya. Selain itu, penyidik juga tengah mendalami kemungkinan adanya aktor lain yang terlibat dalam kejadian ini. “Kami tidak menutup kemungkinan bahwa ada pengaruh pihak ketiga yang memicu tindakan pelaku,” tambahnya.
Dampak dan Peringatan bagi Polri Kasus ini menjadi pengingat penting bagi institusi Polri untuk meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap anggotanya. “Konflik internal yang tidak diselesaikan dengan baik dapat berujung pada insiden fatal yang merugikan banyak pihak,” kata Adrianus.
Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, juga menyerukan pentingnya menjaga profesionalisme dalam tugas. “Kami akan memastikan insiden serupa tidak terjadi lagi. Pengawasan dan pembinaan di semua lini akan terus ditingkatkan,” tegasnya.
Jenazah AKP Ryanto telah dipulangkan ke kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan penghormatan militer. Prosesi pemakaman yang penuh haru dihadiri keluarga, rekan sejawat, dan masyarakat setempat.
Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi institusi Polri dan keluarga besar korban. Publik kini menantikan langkah tegas Polri untuk memberikan keadilan bagi almarhum dan memastikan integritas di tubuh kepolisian tetap terjaga.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak dan menjadi dorongan bagi Polri untuk terus menjaga kehormatan dan profesionalisme dalam menjalankan tugas.