Sulseltimes.com Poso, 17 Agustus 2025 — Gempa poso, gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,0 yang kemudian diperbarui menjadi M 5,8 mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu pagi, 17 Agustus 2025, tepat saat bangsa Indonesia memperingati HUT ke-80 RI.
Getaran kuat tersebut menimbulkan kepanikan massal, merusak fasilitas ibadah, dan menyebabkan puluhan korban luka.
Berdasarkan data gabungan BNPB dan BPBD Sulawesi Tengah, sebanyak 433 warga terdampak dan 29 orang mengalami luka-luka, dengan dua di antaranya kritis.
Kronologi Gempa Poso
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi pukul 05.38 WIB atau 06.38 WITA dengan pusat gempa berada di darat pada kedalaman 10 kilometer.
Episentrum gempa terletak di 13–18 kilometer barat laut Poso, pada koordinat 1,27 LS dan 120,75 BT.
Guncangan kuat berlangsung sekitar 15 detik, dirasakan warga di Kecamatan Poso Pesisir, meliputi Desa Masani, Tokorondo, Towu, Pinedapa, Tangkura, dan Lape.
Warga panik, berhamburan keluar rumah mencari tempat aman.
Di Kabupaten Sigi, gempa juga terasa sedang selama tujuh detik, meski tidak menimbulkan kerusakan berarti.
Kepala BNPB Suharyanto mengonfirmasi kerusakan serius pada satu unit fasilitas ibadah.
“Satu unit fasilitas ibadah yakni Gereja Jemaat Elim di Desa Masani juga dilaporkan mengalami kerusakan,” ungkap Suharyanto.
Kerusakan gereja tersebut menyebabkan 10 jemaat luka-luka saat melaksanakan ibadah Minggu pagi. Mereka segera dirujuk ke Puskesmas Tokorondo.
Selain itu, BPBD Sulawesi Tengah melaporkan adanya kerusakan lain, seperti satu rumah warga di Desa Lape yang rusak ringan dan bangunan sarang burung walet di Desa Ueralulu yang ikut terdampak.
Data Korban Gempa Poso
Hingga laporan terakhir, berikut rincian korban luka:
- 13 orang dirujuk ke RSUD Poso (2 di antaranya kritis).
- 6 orang dirawat di Puskesmas Tokorondo.
- 10 orang ditangani langsung di lokasi kejadian oleh Dinas Kesehatan Poso.
Total 29 korban luka-luka seluruhnya berasal dari Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir.
Warga Terdampak 433 Jiwa
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sulteng, Andi Sembiring, menyebut Desa Masani menjadi wilayah paling parah terdampak.
“Warga terdampak Kecamatan Poso Pesisir di Desa Masani sebanyak 433 jiwa dari 184 kepala keluarga,” jelas Andi.
Warga kini bertahan dengan kondisi terbatas, menunggu bantuan logistik dan fasilitas darurat.
Kebutuhan Mendesak di Lapangan
Hingga Minggu sore, BNPB, BPBD, TNI-Polri, dan relawan masih melakukan asesmen di desa-desa terdampak. Kebutuhan mendesak warga meliputi:
- Tenda pengungsian.
- Light tower (penerangan darurat).
- Alas tidur, selimut, dan terpal.
- Makanan siap saji.
- Perlengkapan bayi.
- Obat-obatan.
“Saat ini kebutuhan mendesak adalah tenda, light tower, alas tidur, selimut, terpal, makanan siap saji, perlengkapan bayi, serta obat-obatan,” tambah Andi.
Imbauan BNPB: Waspada Gempa Susulan
Kepala BNPB Suharyanto menginstruksikan jajarannya memperkuat koordinasi dengan unsur daerah untuk memastikan penanganan darurat berjalan cepat dan tepat. Ia juga meminta masyarakat tetap waspada.
“Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada terhadap potensi gempa susulan, serta segera mencari tempat aman, menghindari bangunan yang retak, dan menyiapkan tas siaga bencana berisi kebutuhan pokok,” tegasnya.
Gempa Poso 17 Agustus 2025 menjadi pengingat rapuhnya kondisi geografis Sulawesi Tengah yang berada di jalur rawan gempa.
Tragedi yang menimpa ratusan warga di tengah perayaan kemerdekaan ini menegaskan pentingnya kesiapsiagaan bencana.
Dengan 433 jiwa terdampak, 29 luka-luka, dua kritis, serta kerusakan rumah ibadah dan bangunan warga, pemerintah daerah bersama BNPB terus melakukan penanganan darurat.
Harapan besar kini tertuju pada distribusi bantuan yang cepat dan koordinasi yang solid agar warga dapat kembali pulih dari trauma dan kesulitan pascagempa.