Sulseltimes.com Jakarta, Selasa 01/09/2025 — Purbaya Yudhi Sadewa memaparkan di Komisi XI DPR RI bahwa harga jual BBM bersubsidi di masyarakat berada di bawah harga keekonomian karena ditopang subsidi dan kompensasi APBN.
Ia mencontohkan solar yang seharusnya Rp11.950 per liter, namun dijual Rp6.800 per liter sehingga selisih Rp5.150 ditanggung negara. Untuk Pertalite, harga keekonomian Rp11.700 per liter sementara harga jual eceran Rp10.000 per liter, selisih Rp1.700 atau sekitar 15 persen.
“Selama ini pemerintah menanggung selisih antara harga keekonomian dan harga yang dibayar masyarakat,” ujar Purbaya dalam rapat kerja, Selasa, 30/09/2025.
- Paparan di Komisi XI DPR: subsidi & kompensasi jaga harga
- Solar: keekonomian Rp11.950/liter, dijual Rp6.800; selisih Rp5.150
- Pertalite: keekonomian Rp11.700/liter, dijual Rp10.000; selisih Rp1.700 (~15%)
- Pemerintah sebut skema ini menjaga daya beli masyarakat
- LPG 3 kg turut disorot sebagai komoditas bersubsidi
Paparan di DPR: Subsidi Menjaga Daya Beli
Dalam rapat kerja bersama Komisi XI, Purbaya menegaskan peran subsidi dan kompensasi untuk meredam gejolak harga energi dan menjaga inflasi.
Ia menyebut skema ini membuat harga yang dibayar masyarakat lebih terjangkau dibanding harga keekonomian, sembari menekankan perlunya pengelolaan APBN yang hati-hati agar perlindungan sosial tetap berjalan.
Rincian Komoditas yang Disorot
Contoh yang diungkap Purbaya adalah solar dan Pertalite.
Untuk solar, selisih Rp5.150 per liter ditanggung APBN.
Sementara Pertalite, selisihnya Rp1.700 per liter atau sekitar 15 persen dari harga keekonomian.
Ia juga menyebut LPG 3 kilogram sebagai komoditas yang masuk radar kebijakan subsidi, dengan penjelasan rinci akan dibahas pada kesempatan lanjutan bersama kementerian/lembaga terkait.