SulselTimes.com Makassar, 24 November 2024 – Tragedi memilukan menimpa Kepolisian Republik Indonesia dengan gugurnya AKP Ryanto Ulil Anshar, Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, yang tewas ditembak oleh rekannya sendiri, AKP Dadang Iskandar, pada Jumat dini hari, 22 November 2024. Insiden ini mengejutkan publik dan meninggalkan luka mendalam di tubuh institusi Polri.
Ryanto Ulil Anshar lahir di Makassar pada 12 Agustus 1990. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berprestasi sejak usia muda. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah di kota kelahirannya, Ryanto diterima di Akademi Kepolisian (Akpol) dan lulus pada tahun 2013.
Sebagai lulusan Akpol, Ryanto menunjukkan dedikasi tinggi dalam tugasnya. Ia sering disebut sebagai perwira muda dengan potensi besar untuk menduduki posisi strategis di kepolisian. Kepribadiannya yang ramah, disiplin, dan tangguh membuatnya dihormati oleh rekan sejawat dan bawahannya.
Setelah lulus dari Akpol, Ryanto memulai tugas di berbagai satuan kepolisian. Ia dikenal sebagai perwira yang tegas dan berdedikasi. Berikut adalah beberapa jabatan yang pernah diembannya:
- Kapolsek Madukara, Polres Banjarnegara, Jawa Tengah: Di sini, Ryanto menunjukkan kepemimpinan yang tegas dalam menangani berbagai permasalahan masyarakat.
- Kasat Reserse Narkoba, Polres Magelang: Dalam tugasnya, ia berhasil mengungkap berbagai kasus narkoba besar di wilayah tersebut.
- Kepala Unit Pejinak Bom (Jibom), Satuan Brimob Polda Jawa Tengah: Tugas ini membuktikan keberanian dan kemampuannya dalam menghadapi situasi berisiko tinggi.
- Kepala Sub Detasemen Wanteror Detasemen Gegana: Ryanto memimpin operasi-operasi antiteror di wilayah Jawa Tengah.
Pada 24 November 2023, ia ditugaskan sebagai Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, Sumatera Barat. Di posisi ini, Ryanto dikenal sebagai perwira yang tidak kompromi terhadap pelanggaran hukum, terutama dalam menangani kasus tambang ilegal yang kerap menjadi masalah di wilayah tersebut.
Baca Juga: Polisi Tembak Polisi: AKP Ryanto Ulil Anshar Meninggal, Apa Motifnya?
Tragedi terjadi pada 22 November 2024, sekitar pukul 00.43 WIB di area parkir Mapolres Solok Selatan. Ryanto baru saja selesai menangkap pelaku tambang galian C ilegal dan membawa tersangka ke Polres untuk penyelidikan lebih lanjut.
Saat hendak mengambil ponsel di mobil dinasnya, ia dibuntuti oleh AKP Dadang Iskandar, Kabag Ops Polres Solok Selatan. Dari jarak dekat, pelaku menembak korban. Hasil visum menunjukkan dua luka tembak yang menembus pipi dan pelipis hingga tengkuk korban.
Motif penembakan diduga terkait ketidaksenangan pelaku atas penangkapan tersebut. Penangkapan ini diduga mengganggu kepentingan tertentu yang menjadi alasan kemarahan pelaku. Setelah kejadian, pelaku sempat melarikan diri menggunakan mobil dinas, tetapi akhirnya menyerahkan diri ke Polda Sumatera Barat.
Jenazah almarhum Ryanto dipulangkan ke kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Sabtu, 23 November 2024. Upacara pelepasan jenazah dilakukan dengan penuh penghormatan di Rumah Sakit Bhayangkara Padang, dipimpin langsung oleh Kapolda Sumatera Barat.
Setibanya di Makassar, jenazah diterima oleh Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Mangngamaseang, tempat prosesi pemakaman dilakukan. Pemakaman dihadiri oleh keluarga besar, rekan sejawat, serta sejumlah pejabat kepolisian dari Sulawesi Selatan. Suasana duka menyelimuti prosesi ini, dengan penghormatan militer diberikan kepada almarhum.
Insiden ini memicu duka mendalam di kalangan Polri dan masyarakat. Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono, menyampaikan bahwa almarhum adalah sosok berprestasi dan berdedikasi tinggi. “Beliau adalah aset Polri yang telah memberikan banyak kontribusi bagi masyarakat,” ujarnya.
Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, meminta agar kasus ini diusut tuntas. “Kami mendorong Polri untuk membuka semua fakta, baik terkait penembakan maupun kemungkinan adanya latar belakang konflik yang lebih luas,” tegasnya.
Pengamat kepolisian, Adrianus Meliala, menyebutkan bahwa insiden ini menunjukkan perlunya pembinaan internal yang lebih kuat dalam tubuh Polri. “Kasus ini menjadi alarm bagi institusi untuk lebih serius menangani konflik internal dan kesehatan mental anggota,” ujarnya.
Kapolri, Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, menegaskan pentingnya peningkatan pengawasan dan penguatan pembinaan. “Ke depan, kami akan memastikan kejadian serupa tidak terulang. Institusi Polri harus tetap menjadi simbol keadilan dan kepercayaan masyarakat,” tegasnya.
Kejadian tragis ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Polri, rekan sejawat, dan masyarakat yang kehilangan sosok perwira muda berprestasi. “Kami berharap almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,” ucap Kapolda Sumatera Barat.
Publik kini menunggu langkah tegas dari Polri dalam menangani kasus ini. Keadilan untuk almarhum AKP Ryanto Ulil Anshar menjadi harapan semua pihak, sekaligus pelajaran penting bagi institusi Polri untuk terus menjaga profesionalisme dan integritas dalam menjalankan tugas.