Sulseltimes.com, Makassar, Selasa, 07/10/2025 — Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin menegaskan komitmen pemerintah kota untuk mempercepat pengelolaan sampah terintegrasi dari hulu ke hilir. Ia meluncurkan kolaborasi “Makassar Eco Circular Hub” bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Universitas Bosowa di Gedung Lestari 45, Selasa 07/10/2025.
Target antara lain Rumah Tangga Zero Waste pada 2028 sebagai pijakan menuju Makassar Bebas Sampah 2029. Data yang disampaikan Munafri menunjukkan sekitar 388.000 ton sampah dihasilkan warga per tahun dan 290.000 ton masih berakhir di TPA.
“Makassar bisa mencapai zero waste kalau semua bergerak bersama mulai dari rumah tangga,” kata Munafri Arifuddin, Selasa 07/10/2025.
- Target Rumah Tangga Zero Waste 2028
- Produksi sampah 388.000 ton per tahun dan 290.000 ton ke TPA
- Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin dan DLH Makassar berkolaborasi dengan Universitas Bosowa
- Kick Off di Gedung Lestari 45, Selasa 07/10/2025
- “Gerak bersama mulai dari rumah tangga,” tegas Munafri
Kolaborasi untuk Aksi Nyata di Lapangan
Munafri menekankan perbaikan lingkungan tidak cukup dengan imbauan.
Aksi nyata dan partisipasi lintas sektor dibutuhkan mulai pemerintah, kampus, pelaku usaha hingga masyarakat.
Ia meminta camat, lurah, RT, dan RW mewajibkan sistem pilah sampah organik dan non organik di wilayahnya mulai tahun ini hingga tahun depan.
“Setiap RT dan RW harus punya cara menyelesaikan sampah organik, entah lewat maggot atau eko-enzyme,” ujarnya, Selasa 07/10/2025.
Kebijakan diarahkan agar volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir berkurang lebih dari 50 persen lewat pemilahan sejak sumbernya.
Menurutnya dua tempat sampah di tiap rumah untuk organik dan non organik sudah bisa memangkas tumpukan harian secara signifikan.
Ia juga memperingatkan kapasitas TPA menipis dan tanpa intervensi umur operasionalnya tak sampai dua tahun.
“Alarm bahaya sudah menyala dan kita harus turun menyelesaikan persoalan,” tutur Munafri.
Rincian Program: Pilah, Olah, dan Beri Nilai Tambah
Pemkot mendorong pengolahan sampah organik menjadi manfaat ekonomi keluarga.
Output dihubungkan dengan pertanian lahan sempit, peternakan skala rumah tangga, hingga perikanan.
Eko-enzyme dari sisa buah dan sayur disebut efektif sebagai pembersih ramah lingkungan dan mulai diproduksi pegiat lokal.
Budidaya maggot disorot karena mampu mengurai sampah dalam jumlah besar sekaligus bernilai jual sebagai pakan.
“Satu kilo maggot bisa memakan lima kilo sampah organik sehingga 300 kilo maggot dapat mengurai 1,5 ton per hari,” jelasnya.
Pemerintah kecamatan dan kelurahan diminta menambah lubang biopori dan titik komunal sampah organik di kawasan padat.
Warga boleh membuang ke titik itu dengan syarat sudah memilah di rumah dan menambahkan daun kering sebagai alas.
Munafri juga menyinggung potensi ekonomi plastik daur ulang dengan kisaran harga Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram.
Pengumpulan seratus kilogram per hari dapat menambah pemasukan keluarga hingga ratusan ribu rupiah.
Di kampus, ia mengajak mahasiswa Universitas Bosowa menjadi agen perubahan melalui gerakan “Satu Mahasiswa, Satu Pohon” selama masa studi.
Ia menutup sambutan dengan seruan agar sosialisasi diikuti kerja nyata dan tidak berhenti pada seremoni.
Kesimpulannya, Makassar menargetkan bebas sampah pada 2029 dengan landasan Rumah Tangga Zero Waste 2028.
Kunci utamanya pemilahan sejak sumber, inovasi lokal, dan kolaborasi yang konsisten antar pemangku kepentingan.