BeritaGowa

Air di Bendungan Bili-Bili Gowa Mulai Surut Setelah Kenaikan Signifikan Akibat Curah Hujan Tinggi

Avatar of sulseltimes
11
×

Air di Bendungan Bili-Bili Gowa Mulai Surut Setelah Kenaikan Signifikan Akibat Curah Hujan Tinggi

Sebarkan artikel ini
Air di Bendungan Bili-Bili Gowa Mulai Surut Setelah Kenaikan Signifikan Akibat Curah Hujan Tinggi
Foto Bendungan Bili Bili Gowa (doc ist)
WhatsApp Logo
Sulsel Times Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Sulseltimes.com Gowa — Setelah beberapa hari mengalami kenaikan yang signifikan, kondisi air di Bendungan Bili-Bili, Kabupaten Gowa, mulai surut.

Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pompaen Jeneberang mengonfirmasi bahwa ketinggian permukaan air (elevasi) pada Selasa (11/2/2025) pukul 23.00 WITA, mulai menunjukkan penurunan setelah sebelumnya melampaui batas normal.

Pintu pelimpah bendungan yang dibuka sejak awal kejadian banjir berfungsi untuk menurunkan volume air yang semakin meningkat, dan hasilnya, permukaan air di bendungan mulai stabil.

Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Jeneberang, terutama di hilir Bendungan Bili-Bili.

Pada 11 Februari 2025, elevasi tercatat mencapai 100,52 mdpl, sedikit menurun setelah sebelumnya pada pukul 20.00 WITA berada pada ketinggian tertinggi.

Meskipun demikian, upaya mitigasi terus dilakukan oleh pihak terkait untuk menjaga keselamatan warga yang terdampak dan menghindari bencana lebih lanjut.

Kenaikan Elevasi yang Signifikan

Air di Bendungan Bili-Bili Gowa Mulai Surut Setelah Kenaikan Signifikan Akibat Curah Hujan Tinggi
Foto PU SDA Pompengan Jeneberang Bendungan Bili Bili Gowa (doc ist)

Berdasarkan data yang terhimpun, curah hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Gowa, menyebabkan peningkatan debit air yang luar biasa di Bendungan Bili-Bili.

Sejak tanggal 6 Februari 2025, pemantauan tinggi muka air menunjukkan fluktuasi yang tajam akibat hujan lebat.

Pada 8 Februari 2025, hujan tercatat dengan intensitas mencapai 124 mm, sementara pada 9 hingga 11 Februari 2025, curah hujan meningkat drastis mencapai 339 mm, yang menyebabkan inflow ke bendungan bertambah besar.

Pada 11 Februari 2025 pukul 13:45 WITA, elevasi Bendungan Bili-Bili tercatat pada 99,77 mdpl, yang melebihi batas normal elevasi yang seharusnya berada di 99,50 mdpl.

Batas elevasi waspada tercatat pada 101,70 mdpl, dengan volume air 277,18 juta meter kubik. Sementara itu, elevasi pada status siaga berada pada 102,60 mdpl dan elevasi awas pada 103,30 mdpl.

Meningkatnya volume air di bendungan menimbulkan kekhawatiran tentang potensi banjir di hilir dan ancaman terhadap infrastruktur di sekitar kawasan tersebut.

Tindakan Mitigasi dan Pembukaan Pintu Pelimpah

Menanggapi peningkatan ketinggian air yang signifikan, pihak Balai Besar Wilayah Sungai Pompaen Jeneberang segera melakukan pembukaan pintu pelimpah Bendungan Bili-Bili untuk menurunkan volume air.

Total debit air yang dialirkan ke sungai diperkirakan mencapai 475,22 m³/detik, sementara debit dari Sungai Jenelata yang juga meningkat pesat akibat curah hujan tinggi mencapai hampir 1.000 m³/detik.

Dengan kondisi ini, upaya untuk mengurangi ketinggian air menjadi sangat penting untuk mencegah dampak lebih buruk.

“Pintu pelimpah masih dibuka untuk menurunkan muka air waduk hingga elevasi normal 99,50 mdpl. Kami terus memantau kondisi ini dengan seksama,” kata Suryadarma Hasyim, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang.

Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan di sekitar hilir Bendungan Bili-Bili, termasuk penyebrangan sungai, penambangan, atau kegiatan memancing ikan, guna menghindari risiko bahaya yang ditimbulkan oleh arus air yang kuat.

Kondisi Bendungan Bili-Bili

Dalam rilis resmi yang diterbitkan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang pada 11 Februari 2025 pukul 23.00 WITA, pihak BBWS mengungkapkan bahwa pemantauan tinggi muka air di Bendungan Bili-Bili sejak 6 Februari 2025 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.

Intensitas hujan lebat yang tercatat di Stasiun Malino pada 6-7 Februari 2025 dengan 124 mm, serta hujan ekstrem pada tanggal 9-11 Februari 2025 dengan total 339 mm, berkontribusi pada peningkatan inflow yang masuk ke bendungan.

Pukul 13:45 WITA pada 11 Februari, elevasi tercatat mencapai 99,77 mdpl, melebihi batas normal 99,50 mdpl.

Pihak BBWS juga melaporkan bahwa intensitas hujan di Hulu Sungai Jenelata masih sangat lebat, dengan total curah hujan 139 mm pada pukul 09.00 hingga 12.00 WITA pada tanggal 11 Februari.

Selain itu, debit sungai di Bendung Bissua tercatat mencapai 1.373,2 m³/detik, meskipun masih berada di bawah kapasitas sungai.

Pihak BBWS menegaskan bahwa pintu pelimpah Bendungan Bili-Bili akan terus dibuka untuk menurunkan elevasi air hingga mencapai batas normal.

Selain itu, mereka mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar hilir Bendungan Bili-Bili dan tetap berhati-hati terhadap informasi yang tidak benar atau hoaks yang beredar terkait kondisi banjir.

Pengawasan Intensif oleh Tim Gabungan

Selain membuka pintu pelimpah, pihak BBWS juga bekerja sama dengan pemerintah daerah, termasuk BPBD Sulawesi Selatan dan instansi terkait, untuk melakukan pengawasan intensif terhadap kondisi bendungan dan dampak dari meningkatnya volume air.

Pemerintah setempat telah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana dan mengikuti arahan pihak berwenang.

“Tim gabungan akan terus memantau dan memberikan informasi terbaru kepada masyarakat.

Posko siaga di BPBD akan beroperasi 24 jam untuk memastikan keselamatan warga,” ujar Kepala BPBD Maros, Towadeng, dalam sebuah pernyataan.

Selain itu, Kepala Desa Bili-Bili dan Babinsa Parangloe juga turut aktif dalam memantau kondisi bendungan.

Bersama dengan anggota Polsek Manuju, mereka melakukan pemantauan lapangan pada 11 Februari 2025, yang menunjukkan bahwa pada pukul 16:30 WITA elevasi air berada pada 100,26 mdpl, dengan debit air 862,88 m³/detik.

Upaya pemantauan ini diharapkan dapat memberikan data yang akurat untuk tindakan selanjutnya.

Dampak Kenaikan Debit Air di Daerah Sekitar

Selain dampak langsung terhadap Bendungan Bili-Bili, peningkatan debit air juga berpengaruh pada daerah sekitar, termasuk Sungai Jeneberang yang mengalir ke wilayah hilir bendungan.

Di beberapa lokasi, akses jalan terputus akibat meluapnya air sungai, sementara beberapa warga telah mengungsi ke tempat yang lebih aman.

“Motor warga pun sudah diungsikan di tempat yang lebih tinggi, tetapi kami khawatir jika air terus naik, kendaraan yang diangkut ke teras masjid juga akan terendam,” ungkap salah seorang warga.

Pihak BBWS mengingatkan pentingnya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan serta mencegah kerusakan lebih lanjut.

Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai potensi bencana juga menjadi salah satu prioritas dalam upaya mitigasi.

Meskipun situasi di Bendungan Bili-Bili Gowa masih berada dalam status siaga, upaya mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait telah menunjukkan hasil yang positif.

Air yang mulai surut di bendungan memberikan harapan bahwa bencana besar dapat terhindari jika pengendalian volume air terus dilakukan dengan tepat.

Namun, masyarakat di sekitar hilir Bendungan Bili-Bili tetap diimbau untuk berhati-hati dan mengikuti semua petunjuk dari pihak berwenang.

Pemerintah bersama instansi terkait akan terus memantau kondisi ini untuk memastikan keselamatan warga serta kelancaran proses pemulihan di wilayah terdampak.

Dalam situasi ini, koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan tim penyelamat menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang.

Semoga dengan upaya mitigasi yang terus dilakukan, masyarakat di sekitar Bendungan Bili-Bili dapat terhindar dari bencana lebih lanjut dan dapat kembali beraktivitas dengan aman.

WhatsApp Logo
Ikuti Sulsel Times di
Google News
Follow

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *