Berita

SD Negeri Maradekaya 2 Kekurangan Ruang Belajar, Siswa Kelas Tinggi Terpaksa Belajar Siang

12
WhatsApp Image 2025 07 17 at 09.54.46 1
Kepala sekolah, Drs. Sudin, S.Pd,
Sulsel Times Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Makassar — Keterbatasan ruang belajar kembali menjadi sorotan di dunia pendidikan dasar. UPT SPF SD Negeri Maradekaya 2, yang terletak di Kota Makassar, saat ini menghadapi tantangan serius dalam penyediaan ruang kelas yang memadai.

Kepala sekolah, Drs. Sudin, S.Pd, mengungkapkan bahwa jumlah siswa yang mencapai sekitar 200 orang tidak sebanding dengan ketersediaan ruang kelas. Akibatnya, sejumlah siswa dari kelas IV, V, dan VI harus mengikuti proses belajar mengajar di siang hari.

“Dengan jumlah siswa sebanyak itu, kami terpaksa menerapkan sistem masuk siang karena ruang belajar tidak cukup. Tentu ini berdampak langsung pada efektivitas dan semangat belajar mereka,” ujar Sudin, Rabu (17/7/2025).

Ruang kelas seluas 3×8 meter di SDN Maradekaya 2. Kondisi ini memaksa sebagian siswa belajar siang hari, dan butuh perhatian serius dari pihak terkait.

Lebih memprihatinkan, beberapa ruang kelas di sekolah tersebut hanya berukuran 3 x 8 meter, jauh dari standar ideal yang ditetapkan untuk kenyamanan dan efektivitas belajar. Kondisi ini membuat ruang kelas menjadi pengap dan panas, sehingga mempengaruhi konsentrasi siswa dan tenaga pendidik.

“Anak-anak cepat lelah, dan guru sulit memberikan pembelajaran secara maksimal. Ini jelas menghambat proses pendidikan,” tambahnya.

Sejak November 2020, pihak sekolah telah beberapa kali mengajukan permohonan pembangunan dan renovasi kepada instansi terkait. Namun hingga kini, belum ada tindak lanjut atau bantuan fisik yang direalisasikan.

Drs. Sudin berharap pemerintah segera memberikan perhatian konkret agar seluruh siswa bisa kembali belajar di pagi hari, dalam ruang yang lebih layak dan sesuai standar.

Kondisi ruang kelas SDN Maradekaya 2. Atap bocor dan dinding dipenuhi jamur, menjadikan suasana belajar kurang nyaman dan berisiko bagi kesehatan siswa.

“Belajar siang sangat tidak ideal bagi perkembangan mental dan ritme belajar anak-anak. Kami hanya ingin mereka mendapatkan hak pendidikan yang seharusnya,” katanya.

Di tengah keterbatasan tersebut, sekolah tetap menjalankan berbagai program pendidikan dengan maksimal. Di antaranya adalah pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, seperti karate dan pramuka, yang bertujuan membangun karakter dan daya juang siswa.

“Kami terus berusaha memberikan yang terbaik, namun tanpa dukungan sarana prasarana yang memadai, tentu akan sulit mengejar kualitas pendidikan yang ideal,” pungkasnya.

Ikuti Sulsel Times di
Google News
Follow
Exit mobile version