BeritaEkonomiJeneponto

Rumput Laut Jadi Andalan Ekonomi Warga Garassikang, Koperasi Merah Putih Diharapkan Jadi Solusi

23
IMG 20250410 WA0091
Sulsel Times Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Sulseltimes.com, Jeneponto — Desa Garassikang, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil rumput laut di Sulawesi Selatan. Bagi masyarakat desa ini, rumput laut bukan sekadar komoditas, melainkan menjadi sumber penghidupan utama yang menopang ekonomi keluarga.

Kepala Desa Garassikang, Andi Rajadeng Karaeng Jalling, menjelaskan bahwa nilai jual rumput laut sebenarnya cukup tinggi di pasar internasional, namun harga di tingkat petani masih jauh dari harapan.

“Kalau di luar negeri, misalnya di Cina, rumput laut dibeli dengan harga dolar. Bisa saja satu kilogram dibeli lima sampai sepuluh dolar, sementara di sini petani hanya bisa menjual seharga Rp20 ribu per kilogram. Selisih harga ini tentu menjadi keuntungan besar bagi para tengkulak atau pengusaha besar, bukan untuk petani,” ujar Andi Rajadeng saat ditemui di kediamannya, Kamis (10/4/2025).

Kondisi ini menurutnya mencerminkan ketimpangan yang dialami para petani lokal, tidak hanya pada komoditas rumput laut, tetapi juga pada hasil pertanian lainnya seperti jagung. “Sekarang harga jagung di sini hanya sekitar Rp3.000 per kilogram, padahal ada instruksi presiden yang menyebutkan harga jagung harus mencapai Rp5.500. Ini menjadi tantangan bagi kami di desa,” tambahnya.

Dalam konteks inilah, Andi Rajadeng menyambut baik gagasan Presiden Prabowo Subianto yang berencana membentuk koperasi desa bertajuk Koperasi Merah Putih. Koperasi ini nantinya akan mendapatkan dukungan modal dari pemerintah pusat, dan difungsikan untuk membeli langsung komoditas dari petani dengan harga layak.

“Saya sangat mendukung rencana pembentukan Koperasi Merah Putih. Koperasi ini nantinya bisa membeli hasil pertanian seperti rumput laut, jagung, dan padi langsung dari petani. Petani tidak perlu lagi bergantung pada tengkulak yang kerap bermain harga,” katanya.

Lebih lanjut, Andi Rajadeng menjelaskan bahwa koperasi desa nantinya bisa langsung menjual hasil pertanian ke Bulog, atau bahkan menjalin kemitraan dengan pabrik pengolahan rumput laut di Kabupaten Pangkep. Dengan begitu, nilai jual bisa meningkat karena sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan industri.

Selain rumput laut, masyarakat Garassikang juga menggantungkan hidup dari hasil tani seperti jagung dan padi. Namun, hasil pertanian ini sangat bergantung pada musim hujan karena sebagian besar lahan di desa tersebut adalah lahan tadah hujan.

“Kalau pertanian seperti jagung dan padi, itu musiman. Harus menunggu musim hujan. Sementara rumput laut, dalam waktu 40 hari sudah bisa panen. Artinya, rumput laut lebih cepat memberi hasil,” terangnya.

Andi Rajadeng berharap kehadiran koperasi bisa memberikan solusi menyeluruh. Ia bahkan sudah merancang skema bantuan bibit dan pupuk melalui koperasi bagi petani jagung, di mana petani bisa mengajukan pinjaman bibit dan pupuk tanpa harus mengeluarkan uang tunai. Hasil panen nantinya dibeli oleh koperasi untuk kemudian dijual ke Bulog.

“Dengan skema seperti ini, koperasi bisa menjadi penyangga harga. Petani tidak lagi menjual dengan harga murah karena butuh uang cepat. Koperasi akan membeli, menyimpan, dan menjual ke Bulog dengan harga yang wajar,” jelasnya.

Terakhir, ia menegaskan pentingnya integritas dan komitmen kepala desa dalam mengelola koperasi. “Kalau koperasi ini berjalan, saya yakin Indonesia akan lebih maju. Kecuali jika kepala desa hanya ingin memperkaya diri sendiri,” tutup Andi Rajadeng. (And)

Ikuti Sulsel Times di
Google News
Follow
Exit mobile version