Berita

Mengenal Sesar Walanae: Penyebab Gempa di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

14
IMG 20250208 WA0160
Peringatan Gempa Bumi Tektonik di Bone dan Sulawesi Selatan sekitarnya (doc ist).
Sulsel Times Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Sulseltimes.com Bone  – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4.1 yang mengguncang Kabupaten Bone pada 8 Februari 2025 malam kembali mengingatkan masyarakat akan aktivitas seismik yang sering terjadi di Sulawesi Selatan.

Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini disebabkan oleh aktivitas Sesar Walanae, sebuah sesar aktif yang membentang di wilayah Sulawesi.

Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan mendasar.

Apa itu Sesar Walanae?

Mengapa bisa menyebabkan gempa?

Dan bagaimana dampaknya bagi masyarakat di Sulawesi Selatan?

Mengenal Sesar Walanae, sejarah aktivitas seismiknya, serta langkah mitigasi yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak gempa di masa mendatang.

Apa Itu Sesar Walanae?

BMKG: Peringatan Gempa Bumi Tektonik di Bone dan Sulawesi Selatan sekitarnya (doc ist).

Sesar Walanae adalah salah satu sesar aktif di Sulawesi Selatan yang memanjang dari utara ke selatan, melewati sejumlah wilayah seperti Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai, hingga ke bagian selatan Sulawesi Selatan.

Sesar ini merupakan patahan geser (strike-slip fault), di mana dua blok kerak bumi bergerak secara horizontal berlawanan arah.

Sesar ini menjadi salah satu zona seismik utama di Sulawesi karena berada di antara kompleks sistem tektonik yang sangat aktif.

Sulawesi sendiri berada di persimpangan tiga lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik, yang menyebabkan wilayah ini sering mengalami aktivitas seismik yang cukup intens.

Sesar Walanae sering memicu gempa bumi dangkal, seperti yang terjadi di Kabupaten Bone pada 8 Februari 2025.

Karena kedalaman gempa yang relatif rendah (sekitar 8 km), getaran yang dihasilkan dapat dirasakan cukup kuat meskipun magnitudonya kecil.

Sejarah Aktivitas Gempa Akibat Sesar Walanae

Gempa yang terjadi di Kabupaten Bone bukanlah kejadian pertama yang disebabkan oleh Sesar Walanae.

Beberapa catatan menunjukkan bahwa sesar ini telah beberapa kali menyebabkan gempa dengan berbagai tingkat intensitas, termasuk:

1. Gempa Bone, 2019 – Gempa berkekuatan M 4.5 mengguncang wilayah Bone dan sekitarnya, menyebabkan kepanikan di beberapa daerah, meskipun tidak menimbulkan kerusakan signifikan.

2. Gempa Sinjai, 2022 – Aktivitas Sesar Walanae juga pernah memicu gempa di Kabupaten Sinjai dengan magnitudo 4.2, yang dirasakan hingga ke Kota Makassar.

3. Gempa Soppeng, 2023 – Wilayah sekitar Soppeng mengalami getaran gempa M 4.0, yang dikategorikan sebagai gempa dangkal akibat pergerakan sesar ini.

Dengan sejarah aktivitas gempa yang cukup sering, para pakar geologi dan BMKG terus melakukan pemantauan dan penelitian terhadap aktivitas Sesar Walanae, guna memperkirakan potensi gempa yang lebih besar di masa mendatang.

Bagaimana Gempa Akibat Sesar Walanae Bisa Berdampak pada Masyarakat?

Dampak gempa yang disebabkan oleh Sesar Walanae bergantung pada beberapa faktor, seperti kedalaman gempa, magnitudo, dan kondisi geologi setempat.

Meskipun gempa yang terjadi pada 8 Februari 2025 tidak menimbulkan kerusakan yang signifikan, masyarakat tetap harus memahami potensi dampak gempa di masa depan, yang meliputi:

1. Getaran yang Dapat Merusak Infrastruktur

Gempa dangkal seperti yang terjadi di Bone memiliki potensi merusak jika magnitudonya lebih besar.

Bangunan yang tidak tahan gempa berisiko mengalami retakan hingga runtuh, terutama jika berada di dekat episenter.

2. Kepanikan dan Gangguan Aktivitas Masyarakat

Meskipun tidak menimbulkan kerusakan besar, gempa yang terjadi pada 8 Februari 2025 sempat membuat warga panik dan keluar rumah.

Kepanikan massal dapat meningkatkan risiko kecelakaan, terutama di daerah perkotaan.

3. Potensi Gempa Susulan

BMKG melaporkan bahwa hingga pukul 20:43 WITA, belum terjadi gempa susulan.

Namun, dalam beberapa kasus, sesar aktif seperti Walanae bisa memicu gempa susulan dalam beberapa jam hingga hari setelah gempa utama.

Langkah Mitigasi untuk Masyarakat yang Tinggal di Wilayah Rawan Gempa

Mengingat wilayah Sulawesi Selatan sering mengalami aktivitas seismik akibat Sesar Walanae, masyarakat harus memahami langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi risiko dampak gempa.

Berikut adalah beberapa rekomendasi:

1. Membangun dan Memeriksa Ketahanan Bangunan

Pastikan rumah dan bangunan tempat tinggal menggunakan struktur tahan gempa.

Jika bangunan mengalami retakan setelah gempa, segera periksa keamanannya sebelum digunakan kembali.

Hindari membangun rumah di atas tanah yang rentan terhadap likuifaksi atau longsor.

2. Menyiapkan Tas Siaga Bencana

Simpan barang-barang penting seperti dokumen, obat-obatan, senter, makanan kering, dan air minum dalam tas siaga yang mudah diakses.

Pastikan anggota keluarga mengetahui lokasi tas siaga jika sewaktu-waktu harus mengungsi.

3. Mengenali Titik Aman dan Jalur Evakuasi

Identifikasi area aman di dalam rumah, seperti di bawah meja yang kokoh.

Jika berada di luar ruangan, segera cari tempat terbuka dan jauh dari bangunan tinggi atau pohon besar.

Pemerintah setempat sebaiknya menyediakan jalur evakuasi yang jelas untuk warga.

4. Mengikuti Informasi Resmi dari BMKG

Hindari menyebarkan berita hoaks atau informasi yang belum diverifikasi.

Ikuti perkembangan informasi melalui kanal resmi seperti www.bmkg.go.id atau aplikasi Info BMKG.

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4.1 yang terjadi di Kabupaten Bone pada 8 Februari 2025 merupakan bagian dari aktivitas Sesar Walanae, yang dikenal sebagai salah satu sesar aktif di Sulawesi Selatan.

Dengan kedalaman hanya 8 km, gempa ini dikategorikan sebagai gempa dangkal, yang meskipun kecil, tetap dapat dirasakan oleh masyarakat di berbagai daerah, termasuk Bone, Soppeng, Maros, Sinjai, hingga Makassar.

Wilayah Sulawesi Selatan memang termasuk daerah yang rentan terhadap aktivitas seismik, sehingga masyarakat perlu memahami langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak gempa di masa depan.

Membangun rumah tahan gempa, menyiapkan tas siaga, mengenali jalur evakuasi, dan selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG adalah langkah penting dalam menghadapi potensi bencana gempa bumi di masa mendatang.

Dengan meningkatnya kesadaran dan kesiapsiagaan, diharapkan masyarakat Sulawesi Selatan dapat lebih siap menghadapi ancaman gempa akibat Sesar Walanae, serta dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Ikuti Sulsel Times di
Google News
Follow
Exit mobile version