BeritaBisnisTeknologi

Google Akui Kesalahan Data, Kurs Dollar ke Rupiah Anjlok Jadi Rp 8.170

4
Google Alami 'Bug' Nilai Tukar Dolar AS ke Rupiah Salah Tampilkan Angka Jauh di Bawah Pasar
Foto perbandingan nilai tukar rupiah terhadap dolar menggunakan Google browser dan Aplikasi Jenius
Sulsel Times Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Sulseltimes.com Jakarta  — Publik Indonesia dihebohkan dengan anomali data kurs dolar Amerika Serikat (AS) ke rupiah di mesin pencari Google.

Pada Sabtu (01/02), Google menampilkan nilai tukar dolar AS yang anjlok hingga Rp 8.170,65 per dolar AS.

Angka tersebut jauh dari nilai tukar yang berlaku di pasar keuangan, yang berada di kisaran Rp 16.332 per dolar AS.

Kesalahan ini memicu berbagai spekulasi dan kritik dari masyarakat serta para pakar keuangan.

Google Akui Kesalahan: Sumber Data Bermasalah

Setelah ramai diperbincangkan di media sosial, pihak Google akhirnya memberikan klarifikasi.

Dalam pernyataan resminya, perwakilan Google menyebut bahwa kesalahan terjadi akibat data dari pihak ketiga yang digunakan oleh sistem pencarian mereka.

“Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” ujar perwakilan Google dikutip dari Kompas pada Sabtu 01/02/2025.

Pernyataan ini menegaskan bahwa kesalahan bukan berasal dari sistem Google secara langsung, melainkan dari penyedia data eksternal yang mereka gunakan untuk menampilkan informasi nilai tukar mata uang.

Bank Indonesia Ikut Tanggapi

Bank Indonesia (BI) juga turut memberikan pernyataan terkait kesalahan informasi yang muncul di Google.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan bahwa kurs rupiah di level Rp 8.100-an yang ditampilkan oleh Google tidak sesuai dengan nilai yang berlaku di pasar keuangan.

“Level nilai tukar dollar AS ke rupiah yang berada di angka Rp 8.100-an sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya,” kata Ramdan dalam keterangannya pada Sabtu (1/2/2025).

Bank Indonesia mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan koordinasi dengan Google Indonesia untuk memastikan agar kesalahan serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.

BI juga mengimbau masyarakat agar mengacu pada sumber yang lebih kredibel seperti situs resmi Bank Indonesia, bank komersial, atau penyedia layanan keuangan terpercaya.

Kurs Dolar Menghilang dari Google

Pada Minggu (2/2), pengguna internet menyadari bahwa informasi kurs dolar AS ke rupiah telah hilang dari halaman utama Google.

Sebelumnya, informasi ini masih tersedia meskipun mengalami kesalahan.

Namun, sehari setelahnya, Google tampaknya menghapus sementara tampilan kurs mata uang tersebut dari hasil pencariannya.

Pantauan IDN Financials menunjukkan bahwa halaman utama Google maupun laman Google Finance tidak lagi menampilkan nilai tukar dolar AS ke rupiah.

Hal ini memicu spekulasi bahwa Google sengaja menonaktifkan fitur tersebut sementara waktu guna menghindari kesalahan lebih lanjut.

Dampak Kesalahan Informasi bagi Masyarakat

Kesalahan informasi ini bukan hanya menjadi bahan diskusi di media sosial, tetapi juga menimbulkan dampak nyata bagi masyarakat.

Beberapa pelaku bisnis dan individu yang mengandalkan informasi kurs dari Google untuk transaksi valuta asing bisa saja mengalami kebingungan atau bahkan potensi kerugian.

Sabri, seorang konsultan keuangan senior, mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengandalkan satu sumber informasi saja, terutama untuk transaksi yang sensitif seperti penukaran mata uang.

“Ini bahaya karena dapat membuat rugi masyarakat, terutama mereka yang tidak tahu update harga sebenarnya dan malah membeli valuta asing dengan harga tinggi saat ini,” ujar Sabri kepada Sulseltimes.

Para pakar ekonomi juga menyoroti pentingnya verifikasi informasi sebelum melakukan keputusan finansial.

Kesalahan seperti ini menunjukkan bahwa bahkan platform sebesar Google pun tidak luput dari kesalahan teknis yang dapat berdampak luas.

Kesalahan Data Google Bukan Kali Pertama

Anomali data bukan kali pertama terjadi di platform Google.

Sebelumnya, Google juga pernah mengalami kesalahan dalam menampilkan informasi nilai tukar mata uang lainnya, seperti euro ke rupiah.

Meski kesalahan ini telah diperbaiki dengan cepat, kejadian serupa menunjukkan bahwa ketergantungan pada satu platform digital untuk informasi keuangan bisa berisiko.

Google sendiri telah beberapa kali memperbarui algoritma pencariannya untuk meningkatkan akurasi dan relevansi informasi yang ditampilkan kepada pengguna.

Namun, kasus seperti ini membuktikan bahwa masih ada tantangan dalam memastikan keakuratan data yang berasal dari pihak ketiga.

Imbauan bagi Masyarakat

Sebagai respons atas insiden ini, para ahli keuangan mengimbau masyarakat agar tidak sepenuhnya mengandalkan Google sebagai sumber utama untuk informasi nilai tukar mata uang.

Sebagai alternatif, masyarakat disarankan untuk memeriksa kurs resmi dari sumber seperti:

  • Situs resmi Bank Indonesia (bi.go.id)
  • Aplikasi perbankan digital seperti Jenius, OVO, atau DANA
  • Money changer yang memiliki izin resmi
  • Sumber berita ekonomi dan keuangan yang kredibel seperti Bloomberg atau Reuters

Meskipun Google adalah salah satu platform pencarian informasi terbesar di dunia, kejadian ini menjadi pengingat bahwa tidak semua informasi yang ditampilkan selalu akurat.

Oleh karena itu, verifikasi dari berbagai sumber sangat penting untuk memastikan keputusan finansial yang tepat.

Kasus anjloknya kurs dolar AS ke rupiah di Google hingga Rp 8.170,65 menjadi peringatan bagi masyarakat untuk selalu melakukan verifikasi informasi sebelum mengambil keputusan finansial.

Google telah mengakui adanya kesalahan data dari pihak ketiga dan berjanji untuk segera memperbaiki sistemnya.

Bank Indonesia pun turut mengonfirmasi bahwa angka tersebut tidak mencerminkan nilai tukar yang berlaku di pasar.

Kejadian ini mengingatkan pentingnya literasi finansial dan kehati-hatian dalam mengakses informasi di dunia digital.

Masyarakat disarankan untuk menggunakan sumber terpercaya agar tidak terdampak oleh kesalahan data yang bisa menyesatkan keputusan ekonomi mereka.

Ikuti Sulsel Times di
Google News
Follow
Exit mobile version