Sulseltimes.com Makassar, 2 Desember 2024 — Demonstrasi mahasiswa Papua di Makassar dalam rangka memperingati Hari Papua Merdeka berujung ricuh. Aksi yang berlangsung di depan Asrama Mahasiswa Papua, Jalan Lanto Daeng Pasewang, berubah menjadi bentrokan antara massa dan aparat keamanan pada Senin (2/12/2024).
Bentrokan tersebut menyebabkan sejumlah kerusakan fasilitas umum dan korban luka-luka di kedua belah pihak.
Bentrokan bermula ketika mahasiswa melempari aparat dengan batu setelah sempat dipukul mundur ke dalam asrama mereka.
Lemparan batu ini berlangsung selama kurang lebih lima menit, mengakibatkan kaca minimarket di sekitar lokasi pecah dan beberapa kendaraan bermotor yang diparkir rusak.
Seorang saksi mata, AR, yang bekerja sebagai petugas parkir, mengungkapkan bahwa lemparan tersebut juga mengenai motor yang terparkir di area tersebut.
Situasi semakin memanas ketika aparat kepolisian merespons dengan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Menurut Kapolrestabes Makassar, Kombes Mokhamad Ngajib, pembubaran dilakukan karena massa dinilai telah melakukan perusakan fasilitas umum dan tidak mematuhi instruksi untuk membubarkan diri.
Kericuhan ini menyebabkan dua anggota kepolisian mengalami luka akibat lemparan batu.
Bripda Dimas Widodo, anggota Sabhara, menderita luka di wajahnya, sementara Kompol Mursalim, Danyon A Brimob Polda Sulsel, terluka di tangannya.
Baca Juga: Kronologi Demo Mahasiswa Papua Merdeka Ricuh di Makassar
Di pihak mahasiswa, sejumlah peserta aksi juga mengalami luka-luka, termasuk luka terbuka di kepala, tangan, dan kaki, meskipun jumlah pastinya belum diketahui.
Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar mencatat empat orang diamankan aparat, termasuk dua mahasiswa Papua, satu mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) yang turut dalam aksi solidaritas, dan seorang anggota LBH. Hingga berita ini ditulis, keberadaan mereka belum diketahui secara pasti.
Kapolrestabes Makassar menegaskan bahwa aksi tersebut awalnya telah diberitahukan kepada pihak kepolisian.
Namun, tindakan tegas terpaksa diambil setelah demonstrasi berubah menjadi kericuhan dan pengerusakan.
“Kami tetap menjaga lokasi hingga situasi benar-benar kondusif,” ujarnya. Aparat keamanan, termasuk puluhan personel TNI, masih bersiaga di lokasi untuk mencegah kericuhan lanjutan.
Di sisi lain, LBH Makassar, melalui pengacaranya Mirayati Amin, mengkritik tindakan aparat dan menyoroti keberadaan empat orang yang ditangkap.
“Kami mendapatkan foto beberapa mahasiswa yang mengalami luka-luka akibat bentrokan, tetapi data jumlah pastinya masih kami kumpulkan,” ujar Mirayati.
Baca Juga: Masyarakat Makassar Serukan Mahasiswa Papua Tidak Membuat Kekacauan di Makassar
Kericuhan ini tidak hanya berdampak pada korban luka, tetapi juga menyebabkan kerusakan pada fasilitas umum dan kendaraan pribadi di sekitar lokasi.
Minimarket dengan kaca pecah menjadi salah satu bukti nyata dampak aksi tersebut. Sementara itu, suasana di sekitar Jalan Lanto Daeng Pasewang mulai berangsur kondusif pada sore hari.
Bentrokan yang terjadi antara mahasiswa Papua dan aparat keamanan di Makassar mencerminkan dinamika aksi unjuk rasa yang berpotensi meningkat menjadi kekerasan jika tidak dikelola dengan baik.
Perlu ada langkah-langkah preventif yang lebih efektif dari semua pihak untuk menghindari insiden serupa di masa mendatang.
Aparat keamanan diharapkan dapat mengedepankan pendekatan persuasif, sementara peserta aksi perlu memastikan demonstrasi berlangsung damai tanpa tindakan anarkis.