Sulseltimes.com Makassar – Banjir yang melanda wilayah Sulawesi Selatan akibat cuaca ekstrem pada Selasa malam, 11 Februari 2025, menyebabkan sejumlah daerah terdampak parah, terutama di Kabupaten Maros dan Kota Makassar.
Hujan deras yang mengguyur wilayah ini telah mengakibatkan tingginya debit air yang merendam rumah-rumah warga dan mengisolasi beberapa titik di kedua daerah tersebut.
Dalam kondisi darurat ini, Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kelas A Makassar telah menerima banyak laporan permintaan evakuasi dari masyarakat yang terperangkap banjir.
Menurut Haris Supardi, Pelaksana Harian (PH) Kepala Kantor Basarnas Kelas A Makassar, pihaknya telah mengerahkan empat tim evakuasi untuk membantu masyarakat yang terdampak di beberapa wilayah Kabupaten Maros, yang menjadi salah satu daerah dengan kerusakan paling parah akibat banjir.
“Kami menerima laporan permintaan evakuasi dari berbagai lokasi di Kabupaten Maros, yang menjadi lokasi terdampak banjir,” ujar Haris pada Selasa malam.
Wilayah Terdampak Banjir di Kabupaten Maros
Beberapa kecamatan di Kabupaten Maros, seperti Moncongloe dan Simbang, menjadi lokasi utama yang membutuhkan bantuan evakuasi.
Pada malam itu, tim Basarnas mulai bergerak cepat untuk mengevakuasi warga dari lokasi yang terisolasi.
“Tim saat ini melaksanakan evakuasi di daerah Samangki, Pammanjengan (Moncongloe), dan Perumahan Racita. Di wilayah Samangki (Simbang), kami telah mengevakuasi empat orang, terdiri dari dua orang dewasa dan dua balita,” jelas Haris.
Proses evakuasi di Pammanjengan (Moncongloe) juga berjalan, di mana tim Basarnas tengah mengevakuasi empat orang dewasa dan dua balita yang terjebak banjir.
Sementara itu, di Perumahan Racita, tim masih melakukan pendataan untuk memastikan siapa saja yang membutuhkan bantuan lebih lanjut.
Haris menambahkan bahwa kendati evakuasi sedang berlangsung, beberapa daerah masih sulit dijangkau karena tingginya debit air.
Tantangan dan Kondisi Darurat
Warga yang terdampak banjir, seperti yang dilaporkan oleh warga setempat, menghadapi tantangan besar dalam menghadapi situasi ini.
Selain kehilangan barang berharga yang terendam air, mereka juga harus berhadapan dengan potensi bahaya lainnya, seperti penyebaran penyakit karena tercampurnya air hujan dengan limbah rumah tangga dan kotoran.
“Kami harus tetap bertahan di rumah karena khawatir barang-barang hilang. Kondisi semakin sulit, apalagi ada anak kecil di rumah,” ujar salah satu warga yang turut terdampak.
Selain itu, akses menuju pasar yang terhambat membuat banyak warga kesulitan mendapatkan pasokan makanan dan air bersih.
Kondisi ini semakin memperburuk keadaan mereka.
Permintaan Evakuasi dan Bantuan dari Masyarakat
Hingga saat ini, tim Basarnas masih berfokus pada penanganan evakuasi yang berlangsung di beberapa titik di Kabupaten Maros dan Kota Makassar.
Haris Supardi menghimbau agar masyarakat yang membutuhkan bantuan untuk segera menghubungi pihak Basarnas melalui call center yang telah disediakan.
“Bagi masyarakat yang membutuhkan evakuasi, dapat menghubungi call center Basarnas di nomor 0811447115,” ujarnya, memastikan warga yang membutuhkan bantuan bisa segera mendapatkan pertolongan.
Banjir ini juga menambah tantangan bagi pemerintah dan lembaga terkait dalam menangani bencana alam yang semakin sering terjadi.
Haris juga mengingatkan warga untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan yang mungkin terjadi, terutama karena hujan deras diperkirakan masih akan terus mengguyur wilayah Sulawesi Selatan.
Upaya Pemerintah dan Basarnas Menghadapi Banjir
Pihak Basarnas bekerja sama dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Sulawesi Selatan serta dinas terkait terus bergerak cepat dalam menangani banjir yang mengancam keselamatan dan kesehatan warga.
Selain evakuasi, mereka juga fokus pada pendistribusian bantuan berupa makanan, air bersih, dan obat-obatan untuk warga yang membutuhkan.
Terkait dengan kondisi ini, Gubernur Sulawesi Selatan, melalui keterangan pers, mengimbau agar semua warga di daerah yang terdampak banjir segera mengikuti petunjuk dari pemerintah daerah dan tidak mengabaikan peringatan dini mengenai potensi banjir lebih lanjut.
Ia juga berjanji akan segera menyalurkan bantuan untuk meringankan beban masyarakat yang terkena dampak banjir.
Proses Evakuasi yang Berlanjut
Sampai dengan berita ini diturunkan, tim SAR gabungan Basarnas, BPBD, dan relawan lokal terus bekerja tanpa henti untuk mengevakuasi warga dan membawa mereka ke tempat yang lebih aman.
Selain itu, mereka juga mengatur akses jalan agar bantuan logistik bisa segera sampai ke lokasi-lokasi yang terisolasi.
“Proses evakuasi masih berlanjut, kami akan terus bekerja hingga semua yang membutuhkan bantuan dapat dievakuasi dengan selamat,” kata Haris.
Warga yang sudah berhasil dievakuasi diharapkan dapat ditempatkan di tempat pengungsian yang layak.
Banjir yang terjadi di Makassar dan Maros pada Selasa malam ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah daerah mengenai pentingnya kesiapsiagaan dan perencanaan bencana yang matang untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Selain itu, bantuan yang cepat dan tepat sasaran juga akan sangat menentukan dalam memastikan keselamatan dan kesejahteraan warga yang terdampak.
Krisis banjir yang melanda Makassar dan Maros pada Selasa malam ini menunjukkan betapa pentingnya kerjasama antara pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat dalam menangani bencana alam.
Masyarakat yang terdampak sangat membutuhkan bantuan darurat, terutama dalam hal kebutuhan pangan dan tempat tinggal sementara.
Ke depannya, diharapkan pemerintah dapat lebih siap dalam menghadapi bencana banjir yang bisa terjadi kapan saja, serta dapat memperbaiki sistem peringatan dini dan distribusi bantuan untuk meminimalisir kerugian materiil dan korban jiwa.
Dalam waktu dekat, dengan bantuan yang tepat waktu dan penanganan yang efektif, diharapkan seluruh warga yang terdampak dapat kembali ke kehidupan normal mereka dengan aman dan tanpa kehilangan lebih banyak harta benda.
Peningkatan sistem infrastruktur dan perencanaan bencana yang lebih baik di Sulawesi Selatan juga harus menjadi prioritas untuk mengurangi risiko bencana di masa depan.